PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT
Setiap
masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah
kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial
yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya
perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga
membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan
yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial. Gillin dan
Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi
geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi,
ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau
sebab-sebab ekstern.
Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan
sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yang memengaruhi istem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau
struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan
tertentu ke keadaan yang lain.
A. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut ini.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi
karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada
struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya
sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka
bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan
cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai
unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh
munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat,
ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang
dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan
persyaratan tertentu. Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung
terciptanya revolusi.
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e.
Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa
tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk
dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam
Iran pada tahun 1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah
Mohammad Reza Pahlevi yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan
monarki menjadi sistem Republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai
pemimpinnya.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan
kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial
yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau
perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh
langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar
adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola
kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan
yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah
diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan
agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh
perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau
perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan
Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak
dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang
terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan
adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan
tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde
Reformasi.
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena
adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang
berasal dari luar masyarakat.
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2)
Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik
penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang
bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4)
Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut
terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober
1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya
menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin
Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari
tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan
sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa
masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya.
Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka
mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi
perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya
peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat
me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat
memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3)
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan
yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan
dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika
pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural
animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari
kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun
unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur
kebudayaan baru tersebut.
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak
dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi
dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.
Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau
merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses
tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya
kebudayaan yang ada.
b . Sistem Pendidikan Formal yang MajuPendidikan
memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran
dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini
akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang LainPenghargaan
terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya
lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang Penyimpangan
sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat
merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu,
toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang
kreatif.
e . Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )Sistem
terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang
lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi
mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya.
Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
f . Heterogenitas Penduduk
Di
dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras,
dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat
menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong
terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya
untuk mencapai keselarasan sosial.
g . Orientasi ke Masa DepanPemikiran yang selalu
berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju
dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang TertentuKetidakpuasan
yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi
berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki HidupnyaIkhtiar
harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang
tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat LainKehidupan
terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan
pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan Kondisi
ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup,
contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu
lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap
yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena
dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika
masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif
(kolot).
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas KebudayaanIntegrasi
kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini
dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang
telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini
dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang
telah ada.
e . Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)Organisasi
sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya
perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi
tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang
menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap
yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal
yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit
selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari
pengaruh-pengaruh asing.
g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat IdeologisSetiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat
atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu
kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan
terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi
dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan
kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani,
maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
i . Nilai Bahwa Hidup ini pada HakikatnyaBuruk dan Tidak
Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis.
Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu
kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu
saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.
C. Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang,
bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa
perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan)
dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola
dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk
kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2.
Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan
kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun
dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4.
Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya
kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.
D. Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Apapun
bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola,
dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu
harus bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sikap apriori yang berlebihan
tentu saja tidak perlu kalian kedepankan, mengingat sikap tersebut
merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial
budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat
dan modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan
tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru
(imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun
perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat negatif.
Kalian diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis terhadap
proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan
sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya
khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang
bersifat negatif harus kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam
kehidupan masyarakat kita. Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu
mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan teknologi
yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma
kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan
lestarikan.